Pendidikan Sebenarnya
Selasa, 26 Juni 2012
0
komentar
Ditulis oleh: Prof. Rhenald Kasali (Guru Besar FE
UI)
LIMA belas
tahun lalu saya pernah mengajukan protes pada guru sebuah sekolah tempat anak
saya belajar di Amerika Serikat. Masalahnya, karangan berbahasa Inggris yang
ditulis anak saya seadanya itu telah diberi nilai E (excellence) yang artinya
sempurna, hebat, bagus sekali. Padahal dia baru saja tiba di Amerika dan baru
mulai belajar bahasa. Karangan yang dia tulis sehari sebelumnya itu pernah
ditunjukkan kepada saya dan saya mencemaskan kemampuan verbalnya yang terbatas.
Menurut saya tulisan itu buruk, logikanya sangat sederhana. Saya memintanya
memperbaiki kembali,sampai dia menyerah.Rupanya karangan itulah yang diserahkan
anak saya kepada gurunya dan bukan diberi nilai buruk, malah dipuji. Ada apa?
Apa tidak salah memberi nilai? Bukankah pendidikan memerlukan kesungguhan?
Kalau begini saja sudah diberinilai tinggi, saya khawatir anak saya cepat puas
diri.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun tersenyum.
Sewaktu saya protes, ibu guru yang menerima saya hanya bertanya singkat. “Maaf Bapak dari mana?”
“Dari Indonesia,” jawab saya. Dia pun tersenyum.
Baca Selengkapnya ....